Karya:
Gheiza Aulia
Hari yang ku tunggu tiba. Ujian akhir semester 1 telah selesai. Hari ini saatnya penentuan
hasil evaluasi belajar atau lebih tepatnya penerimaan rapot.
Hari sudah semakin pagi waktunya
untuk segera bersiap. Akupun bergegas mandi dan langsung membantu mama menata sarapan pagi.
Setelah
ritual pagi selesai, aku dan
mama segera naik mobil avanza yang sudah terparkir di depan
pagar rumah. Dalam perjalanan menuju
sekolah aku berharap bahwa semester 1 ini dapat menjadi siswa terbaik rengking
1. Itulah mimpi yang selama ini ku harapkan.
Kami sudah sampai di sekolah. Setelah acara sambutan,
kemudian untadzah Candra langsung mengumumkan siswa terbaik kelas 4D.
“Assalamualikumwarahmatullahhiwabarakatu” kata ustadz Chandra dengan menggunakan microphone. Aku sudah tidak sabar dan yakin sekali bahwa aku akan
ranking satu.
“Baiklah
bapak dan ibu serta anak-anakku yang berbahagia. Tiba saatnya saya bacakan lima
siswa terbaik kelas 4D, adalah; Ranking 5 Fawwaz, ranking 4
Afka, ranking 3 adalah Ghea, rengking 2 putri
dan rengking 1 adalah Lia” ucap ustadzah Chandra.
“Yah aku lagi-lagi ranking 3 padahalkan
aku maunya ranking 1, Ya Allah mengapa aku selalu di bawah, kapan giliranku??” ujarku dalam hati.
“Kalau mau rengking 1, lain
kali kamu harus lebih giat belajar” kata
mama memotovasiku, seakan tahu apa yang
kurasakan.
“Iya ma,
mohon doanya ya ma.” ucapku .
“Ya dah
kamu yang sabar ya” kata
mama, sembari mencium keningku.
Perjalan pulang sangat berat bagiku
karena aku masih menyimpan mimpi yang selama ini belum
terwujud. Aku
hanya bisa berharap di semester dua nanti aku mampu mewujudkannya. Ah semoga
liburanku ke Ponorogo kota kelahiranku, dapat
sejenak melupakan semuanya
***
Tiga minggu sudah berlalu dan masa liburan pun usai. Aku bersiap untuk pulang menuju
Surabaya. Hari ini hari pertama untuk sekolah. Terlihat banyak anak sedang dengan aktifitasnya masing-masing.
“Hai apa
kabar?” tanya
salah satu temanku, Yunan.
“Alhamdulillah
baik” kataku ramah.
“Kita masuk
kelas yuk” ajak
Yunan.
“Yuk” kataku setuju. Kami berdua masuk kelas bersama. Ku lihat Lia siswi
terbaik di kelasku sedang duduk sendirian di pojok kelas. Ku hampiri dia untuk
menanyakan sesuatu;
“Bagaimana
sih agar bisa rengking 1, seperti kamu?” tanyaku penasaran.
“Gampang
kok, kamu cukup menambah jam belajar saja dan yang lebih penting
bersungguh-sungguhlah” kata Lia tegas.
“Maksudnya
menambah jam belajar?” kataku masih binggung.
“Ya contohnya
kalau semua anak di kelas ini rata-rata belajarnya 1 jam perhari, maka jika
kita ingin mengalahkan mereka kita harus belajar lebih dari 1 jam” terang Lia.
“Emang
kamu di rumah belajarnya berapa jam?” tanyaku lagi.
“Kalau
aku 2 jam. 1 jam di waktu pagi dan 1 jam pada waktu malam” ucap Lia, santai.
“Oke,
terimakasih infonnya ya” kataku, sembari menuju bangkuku.
***
Detik
demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan pun
berlalu. Walau agak berat aku
terus mencoba mempraktekkan apa yang di katakan Lia, yaitu belajar lebih giat
dengan menambah waktu belajar lebih lama. Aku biasa belajar 3 jam perhari,
dengan harapan dapat mengalahkan Lia saat rapotan nanti.
“Ghea
ayo main” teriak yunan dari depan pintu pagar rumahku.
“masuk
dulu yun, sebentar ya aku ganti baju dulu” ucapku dari balik jendela kamar,
sembari meletakkan buku-buku yang baru saja ku pelajari. Setelah beberapa menit
kemudian aku dan Yunan bermain bersama.
“Kok sekarang
kamu jarang keluar, kamu sibuk ya?” tanya Yunan sambil mengayuh sepedahnya.
“Ndak
juga sih, aku hanya baca-baca saja di rumah” jawabku santai.
“Ooo…aku
tahu sekarang kamu ingin mengalahkan Lia kan? Dan ingin mendapat rengking 1?”
cecar Yunan penasaran.
“Iya..doakan
ya agar aku dapat rengking 1 pada semester ini” sahutku malu.
“Oke..tapi
aku juga ingin rengking 1 lo he2…” ucap Yunan sambil bercanda.
“Waah
berarti aku banyak saingan dong ha2…” jawabku santai. Sambil terus mengayuh
sepeda kami berkeliling di area taman komplek perumahan. Hingga waktu tak
terasa sudah semakin sore dan akhirnya kami kembali ke rumah masing-masing.
Malam menjelang, Balqis adikku serta mama sudah sedari
tadi tidur. Aku masih asik dengan tumpukan buku yang sedang ku pelajari. Tekadku
untuk mendapat rengking 1 sudah bulat, sehingga walau sulit aku tetap harus
berusaha.
Waktu tanpa terasa berlalu begitu cepat, selama
seminggu ke depan sekolahku mengadakan ulangan semester 2.
“Waah
calon rengking 1 di kelas ini sepertinya sudah siap ujian nih” ucap Lia
mencandaiku.
“Aah
kamu bisa saja. Tapi selama ini kan kamu yang jadi rengking satunya” balasku
ramah.
“Tapi
bisa saja kan, semester ini rengking 1 nya berubah?” tukas Lia.
“Bisa
juga sih..tapi itu sangat sulit” ucapku lemas.
“Aah ndak
juga kok. Aku berharap kamu yang jadi rengking 1 nya” jawab Lia mengagetkanku.
“Amiiiiin”
sahutku senang.
Setelah seminggu kami mengikuti ujian semester 2. Sekarang
waktunya pembagian rapot terakhir alias rapot penentuan. Aku sudah tidak sabar
menunggu pembacaan ranking. Tiba saat pembacaan ranking, ustadzah Candra
memegang hasil kerja keras anak 4D.
“ustadzah akan membacakan 5 besar
dari kelas 4D. Ranking 5 Yunan Amsya Ramadhani, ranking 4 Syanika Ardelia
Erwanto, ranking 3 Amira Hazmi Hanifah, ranking 2 Ananda Putri Kusuma Dewi, Dan
ranking 1 dari kelas 4D adalah Lia Aulia” kata ustadzah mengejutkanku karena namaku tidak tersebut dalam
daftar rengking.
“Tapi
mohon maaf berhubung ananda Lia sudah izin pindah sekolah seminggu yang lalu,
maka juara satunya digantikan oleh
ananda Ghaiza Aulia Azarine” lanjut ustadzah Chandra.
“Alhamdulillaaaah” kataku bersorak. Akhirnya
keinginanku untuk menjadi ranking 1 tercapai dan aku naik kelas dengan rata-rata nilai 92.8,
nilai yang sangat memuaskan.
“Ustadzah
saya mau tanya, tadi kok rengking 1 nya ada dua anak?” tanyaku pada ustadzah
seusai repotan.
“iya..sebenaranya
yang rengking 1 adalah Lia, tapi berhubung ia sudah mengajukan pindah sekolah, jadi kamu deh yang jadi rengking 1 nya” jelas
ustadzah.
“emang
berapa sih nilainya Lia” kejarku penasaran.
“Beda
tipis sih dengan kamu. Nilainya adalah 93.0” jawab ustadzah santai. Mendengar
jawaban ustadzah aku jadi penasaran mengapa aku tetap belum bisa mengalahkan
Lia ya. Padahal kan aku sudah menambah jam belajarku melebihi jam belajar Lia.
Walau aku sudah mampu mewujudkan mimpiku untuk rengking 1, tapi tetap saja kan aku
masih kalah dengan Lia, sebab jika Lia tidak pindah sekolah ia yang tetap jadi
rengking 1 nya. Ini harus aku selidiki, teriakku dalam hati.
Setelah sampai di rumah aku langsung mengambil telpon.
Ku pencet nomor yang sudah ku hafal. Setelah menunggu beberapa detik, telpon
pun tersambung.
“
Halo Assalamualaikum” ucapku pelan.
“
Waalaikumsalam..ini Ghea ya. Selamat ya kamu sudah jadi rengking 1” ucap Lia di
seberang sana yang langsung dapat mengenali suaraku.
“Iya
terima kasih. Tapi kamu kan sebenarnya yang rengking 1?” jawabku.
“ya
ndak lah. Kan aku sudah pindah. Jadi kamu yang rengking 1 nya. Maaf ya aku
belum ngasih kabar kalau aku pindah sekolah. Soalnya mendadak papaku harus
pindah kerja ke Jakarta, jadi mau tidak mau aku harus ikut ke sana. Tapi minggu
depan aku balik kok, untuk berpamitan pada teman-teman” kata Lia menjelaskan.
“oya
nilaiku kok belum bisa mengalahkan kamu ya, ayo dong kasih rahasianya? Padahal
kan aku sudah belajar lebih lama dari pada kamu” ucapku memohon.
“lo
kan dulu sudah aku beritahu apa rahasianya?” jawab Lia mengingatkan.
“iya
sih, tapi kenyataannya walau aku sudah belajar 3 jam dan kamu 2 jam, tapi
mengapa aku masih belum bisa sabaik kamu ya?” protesku.
“o
itu ya. Mohon maaf ya sebelumnya. Memang benar sebelum kamu dulu bertanya
tentang belajarku, memang aku belajar 2 jam dalam sehari. Tapi setelah kamu
tahu rahasiaku ya dengan terpaksa aku menambah jam belajarku menjadi 3 jam setengah,
karena aku tahu kau pasti belajar lebih lama setelah mengetahui hal itu. Jadi
itu sebabnya nilaiku tetap di atasmu..he2…maaf ya” kata Lia panjang lebar,
sembari membuatku terbelalak.
“oo
gitu ya” sahutku tercengang.
“ya..begitu
deh.he2” ucap Lia malu. Tidak berapa lama obrolan kami pun selesai. Tanpa ku
sadari aku mendapat ilmu berharga dari Lia. Harus aku akui ternyata ia lebih
cerdik dan lebih pintar dariku. Walau sekarang ia sudah pindah sekolah dan
sainganku berkurang, aku harus tetap gigih belajar, agar aku mampu mewujudkan
mimpiku yang labih besar lagi.
NB: Karya ini buat
Lia, aku kangen kamu..
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar