Label

Total Tayangan Halaman

Jumat, 10 Oktober 2014

Rengking 1


Karya: Gheiza Aulia

Hari yang ku tunggu tiba. Ujian akhir semester 1 telah selesai. Hari ini saatnya penentuan hasil evaluasi belajar atau lebih tepatnya penerimaan rapot.
            Hari sudah semakin pagi waktunya untuk segera bersiap. Akupun bergegas mandi dan langsung membantu mama menata sarapan pagi.
           Setelah ritual pagi selesai, aku dan mama segera naik mobil avanza yang sudah terparkir di depan pagar rumah. Dalam perjalanan menuju sekolah aku berharap bahwa semester 1 ini dapat menjadi siswa terbaik rengking 1. Itulah mimpi yang selama ini ku harapkan. 
Kami sudah sampai di sekolah. Setelah acara sambutan, kemudian untadzah Candra langsung mengumumkan siswa terbaik kelas 4D.
       “Assalamualikumwarahmatullahhiwabarakatu” kata ustadz Chandra  dengan menggunakan microphone. Aku sudah tidak sabar dan yakin sekali bahwa aku akan ranking satu.
       Baiklah bapak dan ibu serta anak-anakku yang berbahagia. Tiba saatnya saya bacakan lima siswa terbaik kelas 4D, adalah; Ranking 5 Fawwaz, ranking 4 Afka, ranking 3 adalah Ghea, rengking 2 putri dan rengking 1 adalah Lia ucap ustadzah Chandra.
      “Yah aku lagi-lagi ranking 3 padahalkan aku maunya ranking 1, Ya Allah mengapa aku selalu di bawah, kapan giliranku??” ujarku dalam hati.
       Kalau mau rengking 1, lain kali kamu harus lebih giat belajar” kata mama memotovasiku, seakan tahu apa yang kurasakan.
       Iya ma, mohon doanya ya ma.” ucapku .
        Ya dah kamu yang sabar ya kata mama, sembari mencium keningku.
       Perjalan pulang sangat berat bagiku karena aku masih menyimpan mimpi yang selama ini belum terwujud. Aku hanya bisa berharap di semester dua nanti aku mampu mewujudkannya. Ah semoga liburanku ke Ponorogo kota kelahiranku, dapat sejenak melupakan semuanya
***
Tiga minggu sudah berlalu dan masa liburan pun usai. Aku bersiap untuk pulang menuju Surabaya. Hari ini hari pertama untuk sekolah. Terlihat banyak anak sedang dengan aktifitasnya masing-masing.
          Hai apa kabar? tanya salah satu temanku, Yunan.
          Alhamdulillah baik kataku ramah.
          “Kita masuk kelas yuk ajak Yunan.
          “Yuk” kataku setuju. Kami berdua masuk kelas bersama. Ku lihat Lia siswi terbaik di kelasku sedang duduk sendirian di pojok kelas. Ku hampiri dia untuk menanyakan sesuatu;
            “Bagaimana sih agar bisa rengking 1, seperti kamu?” tanyaku penasaran.
            “Gampang kok, kamu cukup menambah jam belajar saja dan yang lebih penting bersungguh-sungguhlah” kata Lia tegas.
            “Maksudnya menambah jam belajar?” kataku masih binggung.
            “Ya contohnya kalau semua anak di kelas ini rata-rata belajarnya 1 jam perhari, maka jika kita ingin mengalahkan mereka kita harus belajar lebih dari 1 jam” terang Lia.
            “Emang kamu di rumah belajarnya berapa jam?” tanyaku lagi.
            “Kalau aku 2 jam. 1 jam di waktu pagi dan 1 jam pada waktu malam” ucap Lia, santai.
            “Oke, terimakasih infonnya ya” kataku, sembari menuju bangkuku.
***
Detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu. Walau agak berat aku terus mencoba mempraktekkan apa yang di katakan Lia, yaitu belajar lebih giat dengan menambah waktu belajar lebih lama. Aku biasa belajar 3 jam perhari, dengan harapan dapat mengalahkan Lia saat rapotan nanti.
            “Ghea ayo main” teriak yunan dari depan pintu pagar rumahku.
            “masuk dulu yun, sebentar ya aku ganti baju dulu” ucapku dari balik jendela kamar, sembari meletakkan buku-buku yang baru saja ku pelajari. Setelah beberapa menit kemudian aku dan Yunan bermain bersama.
            “Kok sekarang kamu jarang keluar, kamu sibuk ya?” tanya Yunan sambil mengayuh sepedahnya.
            “Ndak juga sih, aku hanya baca-baca saja di rumah” jawabku santai.
            “Ooo…aku tahu sekarang kamu ingin mengalahkan Lia kan? Dan ingin mendapat rengking 1?” cecar Yunan penasaran.
            “Iya..doakan ya agar aku dapat rengking 1 pada semester ini” sahutku malu.
            “Oke..tapi aku juga ingin rengking 1 lo he2…” ucap Yunan sambil bercanda.
            “Waah berarti aku banyak saingan dong ha2…” jawabku santai. Sambil terus mengayuh sepeda kami berkeliling di area taman komplek perumahan. Hingga waktu tak terasa sudah semakin sore dan akhirnya kami kembali ke rumah masing-masing.
Malam menjelang, Balqis adikku serta mama sudah sedari tadi tidur. Aku masih asik dengan tumpukan buku yang sedang ku pelajari. Tekadku untuk mendapat rengking 1 sudah bulat, sehingga walau sulit aku tetap harus berusaha.
Waktu tanpa terasa berlalu begitu cepat, selama seminggu ke depan sekolahku mengadakan ulangan semester 2.
            “Waah calon rengking 1 di kelas ini sepertinya sudah siap ujian nih” ucap Lia mencandaiku.
            “Aah kamu bisa saja. Tapi selama ini kan kamu yang jadi rengking satunya” balasku ramah.
            “Tapi bisa saja kan, semester ini rengking 1 nya berubah?” tukas Lia.
            “Bisa juga sih..tapi itu sangat sulit” ucapku lemas.
            “Aah ndak juga kok. Aku berharap kamu yang jadi rengking 1 nya” jawab Lia mengagetkanku.
            “Amiiiiin” sahutku senang.
Setelah seminggu kami mengikuti ujian semester 2. Sekarang waktunya pembagian rapot terakhir alias rapot penentuan. Aku sudah tidak sabar menunggu pembacaan ranking. Tiba saat pembacaan ranking, ustadzah Candra memegang hasil kerja keras anak 4D.
             “ustadzah akan membacakan 5 besar dari kelas 4D. Ranking 5 Yunan Amsya Ramadhani, ranking 4 Syanika Ardelia Erwanto, ranking 3 Amira Hazmi Hanifah, ranking 2 Ananda Putri Kusuma Dewi, Dan ranking 1 dari kelas 4D adalah Lia Aulia kata ustadzah mengejutkanku karena namaku tidak tersebut dalam daftar rengking.
            “Tapi mohon maaf berhubung ananda Lia sudah izin pindah sekolah seminggu yang lalu, maka juara satunya digantikan oleh  ananda Ghaiza Aulia Azarine” lanjut ustadzah Chandra.
              Alhamdulillaaaah kataku bersorak. Akhirnya keinginanku untuk menjadi ranking 1 tercapai dan aku naik kelas dengan rata-rata nilai 92.8, nilai yang sangat memuaskan.
            “Ustadzah saya mau tanya, tadi kok rengking 1 nya ada dua anak?” tanyaku pada ustadzah seusai repotan.
            “iya..sebenaranya yang rengking 1 adalah Lia, tapi berhubung ia sudah mengajukan pindah sekolah, jadi kamu deh yang jadi rengking 1 nya” jelas ustadzah.
            “emang berapa sih nilainya Lia” kejarku penasaran.
            “Beda tipis sih dengan kamu. Nilainya adalah 93.0” jawab ustadzah santai. Mendengar jawaban ustadzah aku jadi penasaran mengapa aku tetap belum bisa mengalahkan Lia ya. Padahal kan aku sudah menambah jam belajarku melebihi jam belajar Lia. Walau aku sudah mampu mewujudkan mimpiku untuk rengking 1, tapi tetap saja kan aku masih kalah dengan Lia, sebab jika Lia tidak pindah sekolah ia yang tetap jadi rengking 1 nya. Ini harus aku selidiki, teriakku dalam hati.
Setelah sampai di rumah aku langsung mengambil telpon. Ku pencet nomor yang sudah ku hafal. Setelah menunggu beberapa detik, telpon pun tersambung.
            “ Halo Assalamualaikum” ucapku pelan.
            “ Waalaikumsalam..ini Ghea ya. Selamat ya kamu sudah jadi rengking 1” ucap Lia di seberang sana yang langsung dapat mengenali suaraku.
            “Iya terima kasih. Tapi kamu kan sebenarnya yang rengking 1?” jawabku.
            “ya ndak lah. Kan aku sudah pindah. Jadi kamu yang rengking 1 nya. Maaf ya aku belum ngasih kabar kalau aku pindah sekolah. Soalnya mendadak papaku harus pindah kerja ke Jakarta, jadi mau tidak mau aku harus ikut ke sana. Tapi minggu depan aku balik kok, untuk berpamitan pada teman-teman” kata Lia menjelaskan.
            “oya nilaiku kok belum bisa mengalahkan kamu ya, ayo dong kasih rahasianya? Padahal kan aku sudah belajar lebih lama dari pada kamu” ucapku memohon.
            “lo kan dulu sudah aku beritahu apa rahasianya?” jawab Lia mengingatkan.
            “iya sih, tapi kenyataannya walau aku sudah belajar 3 jam dan kamu 2 jam, tapi mengapa aku masih belum bisa sabaik kamu ya?” protesku.
            “o itu ya. Mohon maaf ya sebelumnya. Memang benar sebelum kamu dulu bertanya tentang belajarku, memang aku belajar 2 jam dalam sehari. Tapi setelah kamu tahu rahasiaku ya dengan terpaksa aku menambah jam belajarku menjadi 3 jam setengah, karena aku tahu kau pasti belajar lebih lama setelah mengetahui hal itu. Jadi itu sebabnya nilaiku tetap di atasmu..he2…maaf ya” kata Lia panjang lebar, sembari membuatku terbelalak.
            “oo gitu ya” sahutku tercengang.
            “ya..begitu deh.he2” ucap Lia malu. Tidak berapa lama obrolan kami pun selesai. Tanpa ku sadari aku mendapat ilmu berharga dari Lia. Harus aku akui ternyata ia lebih cerdik dan lebih pintar dariku. Walau sekarang ia sudah pindah sekolah dan sainganku berkurang, aku harus tetap gigih belajar, agar aku mampu mewujudkan mimpiku yang labih besar lagi.
NB: Karya ini buat Lia, aku kangen kamu..
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar