By:
Amira
Aku
bermimpi ingin seperti hafiz-hafiz kecil yang pernah ku
lihat
dalam acara lomba menghafal Al-Qur’an
di televisi. Aku ingin menjadi penghafal quran seperti mereka.
Berhari-hari
kucoba menghafal surat demi surat dengan penuh kesungguhan, namun
entah karena apa aku tak juga menghafalnya dengan baik. Lelah dan
putus asa pun datang padaku, sampai pada akhirnya ada keajaiban dan
kejadian aneh yang membuatku hafal seketika. Akhirnya aku bisa
menyetorkan hafalanku dengan baik.
Kilas
balik
“Mulai besok kalian harus
hafal surat Ad-Duha, karena ini adalah hafalan di semester pertama
kalian” kata Ustadz Atok.
“Kalau belum hafal Ust?”
tanya seorang temanku.
“Ya, jangan bilang belum
hafal dulu. Kalian harus berusaha, ya.” jawab Ustadz Atok
menyemangati.
“Ayo diteruskan
mengajinya” lanjut Ustadz Atok. Lalu
kami pun melanjutkan mengaji. Semua
anak ku lihat sedang asik dengan bacaannya masing-masing. Namun tidak
denganku aku masing bengong sembari melihat kanan dan kiri.
“Haduh...
gimana nih.. butuh waktu lama supaya aku hafal surat Ad-Duha”
gumamku dalam hati.
Karena aku menyadari biasanya butuh waktu lama untuk menghafal
semuanya.
Kriiiiiiingggg. Bel tanda
istirahat berbunyi. Aku bergegas keluar dari bangkuku dan mengambil
Juz ‘Amma
yang terletak di loker, lalu
menaruhnya di atas meja. Tanpa berkata-kata, aku langsung membuka Juz
‘Ammaku
dan mencari halaman surat Ad-Duha. Sedikit-demi sedikit aku mencoba
menghafalkannya.
“Bismillahirrahmanirrahiim.
Aku pasti bisa! Wadduha.
Wallaili idza saja. Mawaddaaka robbuka wamaqola. Walal akhirotu
lakaminal ‘ula. Walasaufa yuk tiikarobbuka fatardho. Alam yajidka
faman… faman..
aaaah… kok jadi lupa sih?”kataku cemas.
“Apa ya kelanjutannya
sehabis Alam yajidka? Astaghfirullahhal’adzim…”lanjutku.
“Mir,
sudah hafal belum,
hafalan suratnya?”
tanya
Zia.
“Belum
Zi, aku hafalnya masih beberapa ayat. Belum semuanya sih.”
jawabku
pelan.
“Oh.
Yaudah semangat ya!”
kata
Zia.
Kuteruskan semua hafalanku sampai jam pulang tiba. Tapi lama membuka
juz amma belum banyak yang dapat ku hafal. Sepertinya aku harus
mencari waktu khusus saat di rumah nanti.
Kriiiinngggg.
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku langsung ke luar kelas dan menuju ke
bunda yang tengah dari tadi menungguku di depan masjid sekolah.
“Assalamu’alaikum
bunda”
kataku
kepada bunda.
“Wa’alaikum
salam. Kok buru-buru?”
tanya
bunda.
“Iya
nih. Aku mau hafalan surat di rumah.”
jawabku.
“Oh. Ya
sudah ayo pulang”
kata
bunda
Sesampainya
di rumah, aku langsung mandi,
memakai
rok,
baju
panjang dan kerudung. Segera kubuka Al-Qur’anku dan membaca surat
Ad-Duha.
“Bismillahirrahmaanirrahiim.
Wadduha. Wallaili idza saja.
Maawaddaaka
robbuka wamaqola. Walal akhirotu lakaminal ‘ula. Walasaufa yuk
tiikarobbuka fatardho. Alam yajidka faamman
‘ato wattagho. Wa....
Wa apa ya? Ya Allah..”kataku
kesal.
“Hafalan
surat apa sih Mir? Kok kelihatannya kamu susah menghafalkannya?”tanya
bunda.
“Surat
Ad-Duha bun.”jawabku singkat.
“Oh. Ya
sudah, dilanjutkan habis shalat maghrib ya. Setelah ini
kan
sudah mau adzan maghrib.”kata bunda.
“Iya
bun.”jawabku datar.
Perlahan
sayup-sayup suara adzan terdengar. Aku segera berwudhu dan
melaksanakan shalat maghrib. Setelah shalat maghrib, langsung ku
ambil Al-Qur’anku dan kembali membaca surat Ad-Duha.
Perlahan
kutarik nafasku dan mulai membacanya.
“Bismillahirrahmanirrahiim.
Wadduha. Wallaili idza saja. Waddah.. eh kok wadah sih! Maawaddaaka
robbuka wamaqola. Walal a...
walal a... Allahuakbar!!!!!!!! Huuuuhh....”keluhku.
“Kenapa
lagi?”kata bunda singkat.
“Aku
belum hafal bun dari tadi.”jawabku
murung.
“Sabar
ya..”
kata
bunda menyemangatiku.
“Aku
sudah sabar dari tadi bun.”
ucapku
kesal
.
“MANJADDA
WAJADA. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan
mendapatkannya”
kata
bunda sambil tersenyum padaku.
“Iya
deh...”
ucapku dengan nada malas.
“Itu
masih sedikit lho ayatnya. Belum yang seperti surat An-Naba’,
An-Nazi’at,
Abasa,
dan banyak lagi.”
kata
bunda. Lalu bunda meninggalkan kamarku.
“Astaghfirullah...
kok susah ya menghafalkannya?”
Jarum jam
sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Walaupun sudah malam begini. Tak
letih-letih aku menghafalkannya dan mengingat-ingat kata-kata bunda.
“Ya
Allah.. mudahkanlah aku untuk menghafalkan surat Ad-Duha. Aku selalu
panik dan gelisah saat temanku sudah ada yang hafal dan aku belum.
Aku tak mau ketinggalan oleh mereka. Aku mohon Ya Allah. Bantulah
aku. Amin”
kataku
dengan penuh harap.
Sampai
pada akhirnya aku tertidur dengan Al-Qur’an yang kudekap. Aku hanya
memiliki satu harapan,
yaitu
menghafalkan surat Ad-Duha. Tiba-tiba, sesuatu yang ajaib telah
terjadi padaku.
Gerimis
merinai pelan. Bulir-bulir airnya berjatuhan membasahi tanah. Tanah
yang lama terlihat kering keriput, seperti wajah yang tidak terkena
air berhari-hari, sekarang kembali segar.
Aku
merasakan hal aneh tadi malam. Aku pun langsung mencoba menghafal
surat Ad-Duha.
“Bismillahirrahmaanirrahiim.
Wadduha. Wallaili idza saja.
Maawaddaaka
robbuka wamaqola. Walal akhirotu lakaminal ‘ula. Walasaufa yuk
tiikarobbuka fatardho. Alam yajidka yatiman
faawaa. Wawajada kadlooo lan fahada. Wawajada ka’aaa ilan faghna.
Faammal yatima fala taqhar. Waammassaaa ila fala tanhar. Waammaa
bini’matirabbika fahaddhis. Shodaqallahul’adzim.
Lho? Kok,
lancar
ya? Hah.. Alhamdulillah. Mungkin karena tadi malam aku bermimpi
kalau aku sedang hafalan surat Ad-Duha dan lancar. Terima kasih Ya
Allah.”ucapku
bahagia.
Aku pun
segera ke kamar mandi untuk membasahi tubuhku. Setelah mandi aku
langsung memakai seragam sekolah dan berpamitan kepada abi.
“Abi,
aku berangkat dulu ya. Assalmu’alaikum.”ucapku.
“Wa’alaikum
salam.”jawab abi singkat.
Saat
kelas mengaji, aku tak merasa gelisah lagi untuk menghafalkannya.
“Ayo,
siapa yang mau hafalan dulu?”
tanya
Ustadz Atok.
“Aku
Ustadz!”
kataku
sambil mengacungkan tanganku.
“Tumben
cepat. Biasanya terakhir?”
tanya
Ustadz Atok.
“Hehe..
iya
ustadz aku kan bersungguh-sungguh
menghafalnya.”jawabku
dengan lemparan senyum,
sembari mengingat surat yang ku hafalkan dalam mimpi semalam.
“Ya
sudah ayo silahkan.”kata Ustadz Atok
“Bismillahirrahmaanirrahiim.
Wadduha………bla..blaa…”
dari awal ayat sampai dengan akhir aku dapat menghafalnya dengan
lancar.
“Wiih..
Amira keren. Sudah lancar dan nggak ada yang
salah
lagi.”
kata
Tasya
memujiku.
“Terima
kasih, Tasya”
jawabku
singkat.
Semua ini karena mimpi yang ku alami tadi malam. Aku seakan menghafal
surat itu dalam waktu yang panjang sampai aku mampu menghafalnya
dengan baik. Sungguh kejadian yang aneh. Aku hampir tidak percaya
mana mungkin aku dapat menghafal semuanya dalam mimpi. Tidak masuk
akal memang, namun itulah yang terjadi. Mungkin semua karena
kegigihan dan kesungguhankuku dalam menghafal, sehingga Allah
memberiku pertolongan. Terima kasih ya Allah. MANJADDA WA JADDA.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar