Label

Total Tayangan Halaman

Jumat, 10 Oktober 2014

Aku Ingin Ke Makkah



By: Neysha Namira

Bulan Dzullhijjah, tepat saat musim haji tiba. Sekolahku seperti biasa mengadakan acara manasik haji yang diikuti oleh semua siswa. Kami memakai baju ikhrom yang berwarna putih. Jika dilihat dari kejauhan, persis seperti gumpalan awan yang berjalan jalan.
            “Alhamdulillah, akhirnya aku bisa mengikuti manasik haji lagi, semoga suatu saat nanti aku bisa berhaji beneran di tanah suci” kataku sembari berharap agar mimpiku pergi ke Makkah bisa terwujud.
            “LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIK, LABBAIKA LAA SYARIKA LAKA LABBAIK, INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WALMULK. LAA SYARIKA LAK” gemuruh do’a kami seraya mengelilingi ka’bah mini yang tertancap di depan sekolahku, tak lupa aku kembali berharap agar mimpiku ke tanah suci dikabulkan oleh Allah.
Hari semakin panas, rukun haji satu persatu berhasil kulaksanakan. Walau capek dan tubuhku penuh dengan keringat namun hatiku bahagia.
            “ma kapan-kapan kita berhaji ya!” kataku tiba tiba.
            “insyaallah..makanya kamu harus rajin berdoa dan jangan telat sholatnya” jawab mama sambil  menggandeng tanganku.
            “iya ma”kataku singkat.
Sesampainya dirumah, kubuka kamarku dengan semangat. Kupandangi kalender bergambar ka’bah yang menggantung di sisi kanan jendela kamarku. Sepertinya mimpiku ke tanah suci benar benar mendarah daging, dan aku berharap semua menjadi nyata, tetapi aku tidak tahu apakah orang tuaku punya uang atau tidak.
Tanpa berpikir panjang ku temui orang tuaku yang berada di dekat kolam ikan sambil duduk bersantai.
            “Ma...Pa... kapan kita berhaji?” kataku sambil mendekati mereka.
            ha2…ha…dek-dek kamu ini mimpi ya?.. ya semoga lah nanti kalau papa punya uang kita pasti  kesana” kata papa gembira.
            “Aku ingin melihat kakbah pa, soalnya waktu aku manasik haji di sekolah tadi aku berpikir untuk kesana, boleh nggak paa.. maa? Kesana itu butuh uang banyak yaa?” kataku menyerang.
            “ya iyalah dek, untuk kesana tidak hanya butuh uang tapi juga perlu niat yang ihlas “kata Papa ceramah kepadaku.
            “Benar itu” sahut mama singkat.
            ikhlas itu apa sih pa?” kataku binggung.
            “ikhlas itu beribadah semata-mata hanya karena Allah, bukan karena yang lain atau bukan hanya pengen lihat kakbah saja” mama menambahi.
            “oke deh ma, nanti aku akan sering berdoa semoga kita bisa lekas pergi ke sana” jawabku berharap.
Aku langsung pergi meninggalkan papa dan mama. Aku ke kamar untuk menelpon Yasmin karena orang tuanya sudah berhaji dan berumroh. Oh ya Yasmin itu teman kelas satu ku di sekolah yang sama.
                        “Halo.. Bisa bicara dengan Yasmin?”
                             “Iya ini Yasmin, oh ini Neisya ya, iya Neisya ada apa?”
                           Iya min.. Aku boleh ke rumahmu nggak? Aku mau bicara susuatu nih, tunggu 5 menit ya, aku akan sampai ke rumahmu!”
                        “Oke, sampai bertemu ya!”
Aku berangkat ke rumah Yasmin dengan menaiki sepeda ontel pinkyku. Tak lupa aku berpamitan dengan orang tua ku dan berjabat tangan dengan mereka. Rumah Yasmin tak begitu jauh dari rumahku
           “Tok..Tok..Tok.. Assalamu’alaikum Yasmin ini aku Neisya!” teriakku dari pintu gerbang.
           “Iya tunggu sebentar ya!” teriak Yasmin dari dalam rumah.
Tak lama kemudian Yasmin membukakan pintu lalu keluar menemuiku. Kemudian aku diajak pergi ke kamar Yasmin yang indah nan bagus, lalu ku ceritakan semua yang ku inginkan.
            “Oh.. masalah itu to, seingatku orangtuaku menabung dan tidak lupa berdo’a.. terus lama-kelamaan kita bisa berangkat ke Makkah deh” kata Yasmin kepadaku memberi tahu tips pergi ke Makkah, Arab Saudi.
              Jadi harus menabung dan berdoa ya?..” kataku menegaskan.
             Ya insyaallah begitujawab Yasmin. Setelah mengobrol dengan Yasmin agak lama, kemudian aku perpamitan dan kembali ke rumah.
####
Setiap habis sholat tak lupa ku berdoa. Berdoa agar papa dan mamaku diberi rizki supaya kami bisa pergi ke Makkah. Hal itu ku lakukan sampai berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan .
Di suatu Sore saat aku mau bermain keluar rumah tiba-tiba ada seseorang yang mengambil mobil papaku.
         “Lololo, pak ada apa..kok mobil papa saya diambil?!” Kataku marah ke bapak yang mengambil mobil papaku.
         “Sudah nak.. Nanti papa dan mama akan bicarain semua!” kata papa menjelaskan.
         “tapi kan itu mobil papa, kok diambil bapak itu?” tanyaku bingung.
         “iya karena mobil itu bukan milik papa lagi” jawab papa mengagetkanku.
         “maksudnya mobil itu di jual pa?”
         “ya sudah kita masuk ke dalam dulu ya, nanti papa jelaskan semua” kata papa sambil menggandengku masuk ke dalam rumah. Setelah kami masuk rumah, papa dan mama menjelaskan semuanya.
          papa dan mama sudah memutuskan untuk menjual mobil itu. Nanti uangnya bisa kita gunakan untuk pergi ke Makkah” jelas papa.
          “Terus kita tidak punya mobil lagi dong pa?”
          “Iya benar, itu piihannya. Kalau kita mau ke Makkah berarti kita harus menjual mobil. Sekarang kamu pilih mana punya mobil atau pergi ke Makkah?” tanya mama serius.
        “Aku pilih ke Makkah ma, entar kalau mobil kan bisa dicari lagi. Dan nanti ketika di Makkah aku akan berdoa sama Allah, agar Dia mengembalikan mobil kita” jawabku polos.
        “Ha.haa..kamu pinter gitu lo dek” sahut papa senang.
       “Tapi ingat ke Makkahnya bukan untuk minta mobil lo, tapi ikhlas hanya untuk beribadah ke pada Allah” terang mama.
       “ya ma Nesha mengerti” jawabku singkat.
Detik cepat berlalu, tak terasa orang tuaku mendaftar untuk pergi ke Makkah, Arab Saudi. Kami mendaftar umrah untuk beberapa hari, karena uang kami tidak cukup untuk berhaji. Setelah mengurus ini dan itu untuk keperluan umrah, pada hari jumat kami bersama rombongan yang lain akhirnya pergi ke Makkah.
          Setelah menempuh perjalanan beberapa jam kami pun akhirnya sampai di tanah suci. sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat pesawat turun rasanya seperti mimpi aku dan keluargaku bisa pergi ke Makkah. Ku lihat papa dan mama bersimbah air mata demikian juga semua orang yang berada di sekitarku.
        “kenapa mama dan papa menangis?” tanyaku lugu.
        “ndak papa sayang. Papa dan mama hanya senang karena bisa ke tempat indah ini” jawab mama lembut.
        “nanti kita akan bertemu Allah ya ma?” cletukku membuat mama tersenyum.
       “iya sayang, Allah akan berada di hati orang-orang yang mengunjungi tempat ini” lanjut mama sembari mengusap air matanya.  
Selama di Makkah kami mengunjungi kakbah dan tempat-tempat bersejarah lainnya yang berada di kota Makkah dan Madinah. Ku lihat semua jamaah senang dan gembira termasuk mama dan papaku. Dari awal hingga akhir perjalanan, kedua orang tuaku sering menangis dan selalu berdoa. Aku tidak mengerti apa yang dirasakan orang dewasa, aku hanya bisa berdoa semoga keduanya selalu ditolong dan dicukupi oleh Allah.
        Setelah 10 hari berada di tanah suci akhirnya semua jamaah pulang ke tanah air. Kami di sambut oleh keluarga dengan suka cita. Walau kini papaku tidak punya mobil lagi, tapi aku bahagia karena mimpiku pergi ke Makkah bisa terwujud.
Hari demi hari kami lalui seperti biasa, nyaris tak banyak berubah. Namun aku merasakan semakin bersemangat dalam beribadah. Mungkin pengaruh umrah bulan lalu yang masih terasa dampaknya. Papa ku lihat tampak lebih rajin ke masjid Al-firdaus yang tak jauh dari rumahku. Mama juga tak lepas dari Al-quran yang ia baca setelah sholat. Keluargaku semakin tampak bahagia.
Allah sungguh Maha Pengasih terhadap hamba-hambanya. Setelah beberapa bulan kepergian kami ke Makkah, kini rezeki mama dan papaku bertambah banyak. Kami juga sudah punya mobil lagi, yang mereknya jauh lebih bagus dari punya papa yang pertama. Bahkan tidak hanya itu, saat aku sekarang sudah kelas 5 SD papa sudah berhasil membuka show room mobil bekas yang ia rintis sejak kami pulang umrah dulu, letaknya persis di depan pekarangan rumah kami. Benar-benar ini rezeki dari Allah. Berawal dari satu mobil yang kami gunakan untuk beribadah kepada-Nya kini Allah membalasnya dengan puluhan kali lipat lebih banyak. Sekarang kami sudah sangat rindu ingin pergi ke Makkah lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar