Label

Total Tayangan Halaman

Jumat, 07 November 2014

Menulislah


Kata orang, jika kita bukan anak raja, maka menulislah!
Menulis adalah kegiatan yang tak bisa dilakukan oleh lisan.
juga tidak pula bisa dilakukan oleh perasaan. namun ia mampu mewakili keduanya dengan sangat sempurna.

Mungkin umur hanya akan berjarak sejauh mata memandang, namun tulisan tak terbatas oleh umur dan masa.

Jika lisan tak mampu mengucap ribuan kata, maka tulisan akan mampu menghimpun seluruhnya. Jika lisan tak bisa mengeluarkan semua isi hati, maka tulisan akan mampu mewakili. Tulisan bukan saja membuat umur semakin panjang, namun juga mampu membuatnya lebih berarti.

Menulislah dan keluarkan semua isi hati, karena setelahnya kita akan merasa lega.
Bagaimana menurut kalian?

Sabtu, 25 Oktober 2014

Guru Tercinta

Guruku..
Betapa besar jasamu
Mengajar seumur hidupmu

Guruku..
Ilmu dan semangatmu selalu untukku
Yang kukenang seumur hidupku
Jasamu kuingat selalu

Guruku..
Terimakasih atas kerja kerasmu
Ilmumu akan kuingat selalu
Ku ingin mengatakan padamu..
I love you

By: Ananda Putri

Gengsi Gede-Gedean

 By: Ananda Putri / Siswi kls 5 SD 

Saat-saat yang membosankan
            “Putri..cepat ayo berangkat!” teriak mamaku dari arah depan. Suara itulah yang setiap hari Rabu kudengar. Suara mama yang menyuruhku untuk pergi les berenang. Mama berharap agar aku bisa berenang seperti para atlit.
            “Iya ma.”ucapku lemas. karena sebenarnya aku tak begitu suka dengan olahraga renang. Dengan tenaga seadanya aku lansung naik mobil yang sudah sedari tadi menyala di teras.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, aku pun sampai di tempat les. Kulihat kolam yang dikelilingi pohon-pohon dan tembok tinggi tersebut telah dipenuhi banyak anak seusiaku. Mereka semua adalah teman-temanku dari sekolah lain yang ikut les ditempat ini.
            “ayo semuanya semangat” teriak pelatih memotivasi kami. Ku lihat semua anak berenang dengan gayanya masing-masing. Mereka tampak semangat dan ceria, kecuali aku yang sedari tadi lemas tak bertenaga.
            “ayo putri, gerakkan tanganmu, kamu harus bisa” kata bu Shanti dengan nada tinggi. Sontak aku tersentak kaget dan mencoba mengikuti instuksi guruku. Subhanallah, ternyata sungguh melelahkan melakukan kegiatan yang tak kusukai.
***
            Hari Rabu memang sungguh melelahkan bagiku. Setelah belajar hampir seharian disekolah sore tadi aku harus ikut les berenang. Ya Allaaaah  bagaimana aku harus bilang mama kalau sebenarnya aku tak suka mengikuti renang. Aku berharap semoga ada jalan keluar.
            Sholat isya’ku malam ini terasa lebih nikmat. Ku baca surat-surat panjang dan ku panjatkan semua permintaan. Seluruh kesedihan dan isi hati kutumpahkan pada-Nya karena aku tak punya kawan yang mampu mendengar dan mengetahui harapanku yang paling dalam, selain-Nya.
            “putri.. tolong kesini, mama mau bicara” kata mama dari arah ruang makan. Aku segera mendatangi panggilan mama dan duduk di sampinya.
            “ya ma ada apa” kataku sopan.  
            “sekarang bilang dan jujur sama mama, kamu ndak suka olah raga renang ya? Mama perhatikan dan kata bu Shanti kamu sering tidak bersemangat.”
            “sebenarnya putri memang tidak suka renang ma” suaraku pelan.
            “kenapa kamu ndak bilang?”
            “putri takut kalau mama marah” jawabku sedikit takut.
            “Ya Allah putri, seharusnya kamu bilang. Mama ndak marah. Kalau kamu jujur memang tidak suka berenang, ya sudah mama tidak akan ikutkan dan tidak memaksa kamu les renang lagi. Dari pada uangnya buat les renang mendingan buat yang lain. Dan perlu kamu ingat, apa kamu tahu mengapa mama ingin sekali kamu bisa berenang?”
            “tidak ma” kataku singkat.
            “mama ingin menjalankan apa yang dikatakan Rosulullah; “ajari anak-anakmu berenang, berkuda dan memanah” begitulah sabda beliau. Dan mama yakin semua itu akan bermanfaat bagimu. Tapi, kalau semisal kamu belum suka, ya mau gimana lagi mama tidak akan memaksa kamu” nasehat mama panjang lebar. Aku hanya diam membisu tanpa sedikitpun kata-kata. Aku tidak berani menjawab apalagi sampai menolak keinginan mama.
            “okelah mama mengerti kelihatannya kamu memang belum siap. Dan mulai Rabu depan kamu ndak perlu les renang lagi. Tapi mama harap sebagai gantinya kamu harus mencari aktifitas lain yang bermanfaat. Ya sudah kamu boleh ke kamar” tambah mama dengan raut muka putus asa. Aku jadi ndak enak telah membuat mama sedih, tapi aku juga tidak mau berlarut larut dengan kegiatan yang tidak aku sukai.
Aku Pasti Bisa
            “Cwit….cwiit… cwiit...Cwiit”Jam wekerku berbunyi kencang, membangunkanku yang tengah tidur lelap. Pukul 04.00 AM tiba, waktunya untuk shalat shubuh. Setelah sholat, seluruh isi rumah termasuk aku membaca Al-quran bersama-sama. Kemudian diteruskan dengan kegiatan pagi seperti berzikir, olahraga dan lain-lain.
            Saat di sekolah..
Mengikuti pelajaran hari ini sungguh menyenangkan, aku seperti terlahir kembali. Mungkin karena hal yang senantiasa mengganjal dalam fikiranku kini telah menghilang. Aku lebi bersemangat.
“ayo anak-anak siapa yang bisa menjawab soal matematika dari ibu silahkan maju kedepan” kata bu Dina lantang. Sepertinya soal dipapan tulis itu teramat sulit bagi kelas ini, terbukti tidak ada satupun anak yang mau mengacungkan tangannya.
“saya bu” ucapku nyaring, sembari berdiri dan mengangkat tangan tinggi-tinggi. Dengan sangat pede tanpa memikirkan benar atau salah aku mencoba menuliskan satu persatu jawaban yang menurutku tepat. Dengan sekejab papan tulis sudah penuh dengan angka-angka yang ku yakini kebenarannya.
“waah subhanallah, benar sekali jawabanmu” bu Dina setuju dengan pekerjaanku. Alhamdulillah ternyata aku bisa menjawab soal itu dengan tepan. Ini adalah awal yang baik.
Waktunya untuk beristirahat…
Aku, Amel, Azra, Neysha, Amira dan Nia berkumpul bersama. Kami berenam bersahabat, tepatnya sejak kami kelas satu dulu.
            “Eh kita berenang bareng yuk!”ajak Azra.
            “Oke, bakalan seru tuh. Gimana kalau Hari Mingu?”tanya Amel semangat.
            “Iya deh,Hari Minggu aja. Oh ya kalian bisa gaya apa?”tanya Neysa.
            “Aku bisa gaya kupu kupu.”ucap Amel.
            “Sekarang nich aku dah bisa gaya apung”ucap Nia percaya diri.
            “jangan salah ya kalau aku udah bisa gaya bebas lo.”kata Azra.
            “Kamu bisa gaya apa Putri?”tanya Neysa.
            “Emm.”ucapku bingung.
            “Kalau Putri jangan ditanya, dia pasti bisa gaya batu.ha2..”kata Amira asal.
            “Haha, kalau batu kan tenggelam.”Neysa dan Azra mencandaiku bersamaan. Iiih ini menjengkelkan inginnya aku tak membahas renang, ee.. malah teman-temanku mengajak renang bersama.
            “mmm..jangan salah ya, aku juga bisa berenang dengan gaya yang kalian sebutkan tadi” teriakku membela diri.
            “bener lo put kamu bisa berenang? Kiraain Cuma juara kelas aja ha..ha!” ucap Azra tak kalah seru.
            “ya udah kita buktikan aja nanti” sahutku kesal. Walau mereka Cuma bergurau tapi ini tidak bisa didiamkan. Memang aku belum mahir berenang namun bukan berarti aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu nih, gengsi kalau mereka tahu aku memang belum bisa berenang dengan baik.
***
Di rumah..
            “Assalamualaikum,mama hari ini pokoknya aku mau berenang.”ucapku tergesa gesa, sembari berlari kearah mama.
            “Kenapa? tumben kamu jadi semangat?”tanya mama penasaran.
            “Ada dech ma, ayo ma pokoknya aku ingin berenang, hari ini antar aku ya!” rayuku memaksa. Mama melihatku beberapa saat, memastikan aku baik-baik saja.
            “kamu tidak papa kan?”
            “iya mama aku tidak papa. Mama pasti herankan mengapa aku jadi semangat ingin berenang?”
            “iya sih, baru kemarin mama lihat kamu maleeees banget kalau diajak les berenang. Tapi sekarang malah memintanya. Kamu baik-baik saja kan?”
            “sekali lagi iya ma, Putri baik-baik saja kok, tenang aja putri masih sadar kok ma” jawabku meyakinkan. Mama hanya terdiam melihatku, sepertinya ia masih heran tentang perubahanku yang terkesan dadakan. Maaf ma sebenarnya semua karena aku gengsi pada teman-temanku, aku ndak ingin mereka mentertawaiku karena melihat aku tidak bisa berenang, bisikku dalam hati.
            Tanpa ba-bi-bu mama mengantarku ke tempat les dengan semangat. Akupun mengikuti nasehat pelatih dengan antusias tinggi. Gaya-gaya berenang seperti; Front Crawl, Beast Stroke, Back Crawl Stroke dan Butterfly Stroke ku pelajari dengan sungguh-sungguh.
                “selamat ya bu, sepertinya Putri ada kemajuan yang sangat bagus” kata bu Shanti kepada mamaku.
                “ya bu terima kasih atas bimbingannya” sahut mama ramah.
                “bu Santi besok ajari aku les lagi ya?”kataku semangat.
                “beres, besok datang aja kesini”
Setelah semua latihan usai aku dan mama akhirnya berpamitan pulang. Hari ini aku benar-benar yakin aku akan bisa menguasai seluruh gaya renang dengan baik. Dan yang lebih penting aku bisa menunjukkan bahwa aku bisa berenang di hadapan teman-temanku. Pokoknya aku harus bisa tampil dengan baik dihadapan mereka.
Hasil Yang Mengejutkan
            Hari demi hari terlewati. Les dadakan yang ku ikuti beberapa hari lalu juga berasil ku lewati. Hari Minggu ini aku telah bersiap bertemu dengan teman-temanku di kolam renang yang telah kami sepakati bersama.
            “ayo ma cepat nanti selak telat” kataku terburu-buru.
            “iya-iya kamu ini terburu-buru amat sih, sabar dong” kata mamaku kesal. Namun beberapa saat kemudian kami meluncur dengan kecepatan penuh. Sampai akhirnya kami bisa sampai ditempat tujuan dengan tepat waktu.
            “hai Putri…kami disini” teriak Amira dari kejahuan. Ku lihat lima temanku yang lain sudah bersiap, kelihatannya mereka sudah menungguku sejak tadi.
            “Kamu sudah siap renang put?” kata Amel dengan nada memancing.
            “Iya, Insyaallah” jawabku singkat.
Setelah melakukan persiapan, satu persatu temanku masuk kolam dengan ceria. Amel, Azra, Neysha, Amira dan Nia menunjukkan kehebatan dengan gayanya masing-masing. Aku mulai gemas dan ingin segera menunjukkan kehebatanku pada mereka.
            “Putri ayo turun, tunjukkan gaya yang kau bisa pada kami” kali ini Azra berteriak lantang dari dalam kolam. Dan tanpa aba-aba akupun langsung meloncat kedalam kolam penuh semangat;
            “byurrrrrrrrrrrrrrr……” akupun masuk kolam dengan cepat, namun ternyata sungguh tak ku duga-duga.
            “tolong…tolong…tolong…”teriakku sembari sebisa mungkin melambai-lambaikan tangan ke atas. Karena sangking dalamnya, kakiku tak bisa menjangkau dasar kolam dengan baik. Walhasil aku sukses tenggelam. Tapi untunglah petugas Kolam dapat menyelamatkanku dengan cepat, sehingga aku bisa terangkat kembali dipermukaan.
            “putri kamu tidak papa?” Tanya semua teman-temanku panik.
            “iya aku tidak papa” jawabku dengan napas terengah-engah.
            “maaf tante saya kira Putri sudah bisa berenang dengan baik, namun ternyata masih belajar ya.” Kata Amel dengan nada menyesal.
            “Iya ndak papa, sebenarnya Putri sudah bisa berenang kok, namun mungkin Kolamnya terlalu dalam jadi dia agak kerepotan, mohon dimaklumi ya” kata mamaku bijaksana. Aku hanya terdiam sambil menahan malu yang berlipat-lipat, sambil berharap agar teman-temanku tidak mentertawaiku atas kejadian memalukan ini. Sungguh aku sangat malu. Hanya karena gengsi sehingga aku merasakan batunya. Kali ini aku menyadari bahwa segala sesuatu tidak dapat dicapai dengan instan namun semua butuh proses yang panjang untuk meraihnya. Semoga setelah dari tempat ini aku bisa belajar renang dengan baik. Bukan karena gengsi namun karena aku benar-benar menginginkannya.
***

Dokter Cilik

By; Nayaka Arya Sena Bayuaji

Aku adalah seorang dokter, itu adalah mimpiku. Mestipun aku berumur 8 tahun dan baru kelas 3, aku sudah menjadi dokter kecil. Aku sering membantu mamaku memilih sayur dan mencucinya.
Dalam buku yang pernah aku baca sayur sangat bagus untuk kesehatan. Ustadahku yang bernama Dewi dan Feni juga pernah bilang bahwa jika kita banyak makan sayur maka kita jadi sehat, tapi sayurnya harus dicuci dulu biar kotaran seperti debu dan lainnya tidak  membawa penyakit.  Nah karena aku seorang dokter cilik dan bermimpi ingin jadi dokter beneran pada waktu dewasa nanti, makanya saat mamaku membeli sayur-sayuran aku ikut bersama mamaku.
Di sana aku melihat sayuran itu di huni banyak lalat menempeli sayuran itu. Lalat adalah hewan yang mengambil kotoran terus di pindahkan ke benda lain. Aku menyuruh mamaku untuk membeli sayur yang tidak busuk dan tidak banyak lalatnya. Aku bilang kepada mamaku bahwa sayur yang banyak lalatnya  itu banyak kotoran di dalam sayuran itu, karena lalatnya menaruh kotoran di sayurnya.
Mamaku  telah memilih sayur yang akan di beli. Saat telah sampai di rumah, mamaku mencuci sayurnya agar tidak ada kotoranya lagi.
“Yang bersih ya ma” Ucapku pada mama.
“Iya pak dokter” Jawab mama mencandaiku.
Hari ini mamaku memasak syur cap cai. Aku bilang kepada mamaku untuk memasak cap cai yang rasanya sangat enak. Aku sangat senang hari ini karena sudah dapat belajar menjadi dokter untuk keluargaku sendiri.
Saat masak tiba
            Hari ini aku membantu mamaku membuat masakan sayur. Aku mengetahui dari guru dan temanku bahwa sayuran itu mempunyai vitamin yang sangat banyak sekali. Dan vitamin bisa membuat kita bisa menjadi pintar dan kreatif. Dalam memilh sayur yang baik sebagai seorang dokter cilik aku membantu mama memilih sayur yang masih segar dan mengindari sayur yang;
                                          1.Daunnya layu
                                          2.Daunya berwana kuning
agar nanti saat di makan tidak sakit perut. Aku sangat senang karena aku bisa memakan sayur-sayuran yang membuat aku menjadi pintar dan kreatif.
Teringat saat mama dulu memilih sayur yang agak sedikit busuk, saat itu Aku tidak mengingatkan sayur yang untuk mamaku itu sayur  busuk. Mamaku saat memakan sayur itu lama kelamaan perutnya sakit. Ternyata mamaku terkena diare. Mamaku di ajak ke dokter langganan yang bernama dokter Erwin.
 Mamaku telah sampai di tempat prakteknya dokter Erwin. Mamaku di beri obat diare agar tidak sakit lagi. Mamaku tidak memasak sampai beberapa hari, tubuhnya masih lemas. Aku dan kakakkulah yang merawat mama.
Sebagai seorang dokter pribadi di rumahku sendiri, aku dan kakakku membuat makanan 3 kali sehari. Makanan yang ku  buat sangat enak dan minuman yang dibuat kakakku juga enak. Mamaku telah pulih menjadi sehat lagi. Mamaku senang karena aku dan kakakku merawat mama dengan baik. Aku bilang kepada mamaku bahwa aku akan merawatnya sampai kapanpun. Mama senang dan berdoa;
“Semoga mimpimu jadi dokter bisa kesampaian ya dek”
“amin” aku senang.
###
            Beberapa hari kemudian ayahku juga sakit. Aku tidak tau mengapa ayahku menjadi sakit? Apa ayah ketularan mama? tapi aku belum tau apa penyakitnya ayahku? Aku takut karena nanti ayahku sakit lebih parah. Aku meneliti dan melihat tanda-tanda yang sama seperti mama sakit yang kemarin. Ternyata benar ayahku terkena penyakit diare juga seperti mamaku. Sebagai seorang  dokter cilik jadi aku harus merawat ayahku dengan baik. Awalnya ayahku tidak mau dirawat dan tidak mau dibawa ke dokter Erwin. Ayahku takut di sontik dan minum obat. Akibatnya sakitnya tambah lebih parah karena tidak mau dirawat. Ayah ku malah menjadi panas. Ayahku terpaksa mau ke dokter Erwin.
            Setelah sampai di dokter Erwin. Aku sampai sana langsung mendaftar, karena pasiennya sangat banyak sekitar 10-15 orang. Setelah menunggu beberapa saat, seseorang memanggil nama ayahku “Nunung Subandi!!!!” Teriakan suster. aku dan ayahku langsung ke kamar pemeriksaan. Setelah diperiksa ayahku diberi resep obat oleh dokter Erwin. Dan aku langsung membelinya diapotek.
“Tin..tin..”suara klakson mobilku. Aku telah sampai di rumahku. Sampai rumah ayahku langsung meminum obat yang diberi oleh dokter Erwin. Beberapa hari kemudian, ayahku telah pulih kembali dan tidak sakit lagi.
###
“Kriing...kriing..” Bel alarm membangunkanku pada pagi ini. Aku telah senang kembali karena keluargaku telah pada sehat semua. Sekarang tinggal aku untuk berjuang belajar yang rajin agar menjadi dokter. Aku memulai  untuk belajar menjadi dokter.
“Adik…sini. Sekarang rapikan tempat tidurmu!” Suruh mamaku. Setelah merapikan tempat tidur, aku mandi, sholat, sarapan dan kemudian berangkat sekolah.
Aku telah sampai di sekolahku. Ku lihat anak-anak perempuan sedang menyapu kelas. Aku membantunya.
Kami semua mengambil sampah-sampah yang tergeletak di bawah meja dan membuang di tempatnya. Aku lihat Naila juga sangat rajin membersihkan loker tempat peralatan sekolahnya anak-anak yang lain. Naila mempunyai mimpi yang sama denganku, yaitu ingin menjadi dokter.
Setelah kelas dibersihkan, kemudian kelas menjadi indah dan wangi.
Aku berterimakasih pada ustadahku yang memberi ilmu padaku hingga aku bisa menjadi dokter cilik yang mengerti tentang kebersihan. Dan sebagai rasa terima kasih pada guruku, aku dan teman-temaku memberi kado special buat mereka.
Saat aku memberi kado tersebut, sama ustadahku langsung dibuka. Saat di buka ustadahku langsung kaget dan senang. Ustadahku juga terharu, dan kemudian memeluk semua anak di kelas 3C. Aku sangat senang. Karena ini adalah hari yang tak terlupan.
Selesai





Jumat, 24 Oktober 2014

Takdir


Setiap pagi matahari datang tanpa diundang
Setiap sore matahari tenggelam tanpa bisa di cegah..
Demikian juga kehiduapan ini
semua ada tanpa di minta
Dan ketika pergi tiada seorangpun tahu
Kapan akan berarkhir titahnya..

Ya Tuhanku
Jika kehidupan ini sudah diatur
Bila setiap jiwa sudah ada catatannya
Bila garis nasip sudah tertulis
Maka berilah kemampuan kepadaku dalam menata hidup...

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok
Aku tidak mengerti jalan nasipku hari ini
Aku hanyalah makhluk takberdaya..
Tidak bisa menentukan kehidupan apalagi merubahnya
Aku hanya bisa berusaha agar takdir menjadi lebih baik..

Ya Rabb…
Takdirkan yang lemah ini
Kejalan cahaya terang-Mu

By; Abi

17 Februari 2011

Goresan Pena



Kisah yang takkan terlupa
Yang menjadi pelengkap hidupku
Mewarnai setiap langkahku

Adanya kau membuatku terus belajar dan berkembang
Walau semakin hari umur dan pakaianku semakin usang. Tapi sejarah hidupku bersamamu takkan hilang

Aku akan terus menggerakkan pena ini kawan
untuk menulis sejarah tentang kita

Yang kan dapat dibaca dari masa ke masa
Atau dari waktu ke waktu.

Hingga dunia ini hilang dan terhenti

Dengan pena ini ku telah menuliskan jejak
menuliskan sejarah, inspirasi dan menuliskan mata air cinta

Ku kan  terus menulis
menulis tentangmu
tentang kita

By; Abi

 Rabu 9 Februari 2011