By: Ananda Putri / Siswi kls 5 SD
Saat-saat
yang membosankan
“Putri..cepat
ayo berangkat!” teriak mamaku dari arah depan. Suara itulah yang setiap hari Rabu
kudengar. Suara mama yang menyuruhku untuk pergi les berenang. Mama berharap
agar aku bisa berenang seperti para atlit.
“Iya
ma.”ucapku lemas. karena sebenarnya aku tak begitu suka dengan olahraga renang.
Dengan tenaga seadanya aku lansung naik mobil yang sudah sedari tadi menyala di
teras.
Setelah menempuh perjalanan beberapa
menit, aku pun sampai di tempat les. Kulihat kolam yang dikelilingi pohon-pohon
dan tembok tinggi tersebut telah dipenuhi banyak anak seusiaku. Mereka semua
adalah teman-temanku dari sekolah lain yang ikut les ditempat ini.
“ayo
semuanya semangat” teriak pelatih memotivasi kami. Ku lihat semua anak berenang
dengan gayanya masing-masing. Mereka tampak semangat dan ceria, kecuali aku
yang sedari tadi lemas tak bertenaga.
“ayo
putri, gerakkan tanganmu, kamu harus bisa” kata bu Shanti dengan nada tinggi.
Sontak aku tersentak kaget dan mencoba mengikuti instuksi guruku. Subhanallah,
ternyata sungguh melelahkan melakukan kegiatan yang tak kusukai.
***
Hari
Rabu memang sungguh melelahkan bagiku. Setelah belajar hampir seharian
disekolah sore tadi aku harus ikut les berenang. Ya Allaaaah bagaimana aku harus bilang mama kalau
sebenarnya aku tak suka mengikuti renang. Aku berharap semoga ada jalan keluar.
Sholat
isya’ku malam ini terasa lebih nikmat. Ku baca surat-surat panjang dan ku
panjatkan semua permintaan. Seluruh kesedihan dan isi hati kutumpahkan pada-Nya
karena aku tak punya kawan yang mampu mendengar dan mengetahui harapanku yang
paling dalam, selain-Nya.
“putri..
tolong kesini, mama mau bicara” kata mama dari arah ruang makan. Aku segera
mendatangi panggilan mama dan duduk di sampinya.
“ya
ma ada apa” kataku sopan.
“sekarang
bilang dan jujur sama mama, kamu ndak suka olah raga renang ya? Mama perhatikan
dan kata bu Shanti kamu sering tidak bersemangat.”
“sebenarnya
putri memang tidak suka renang ma” suaraku pelan.
“kenapa
kamu ndak bilang?”
“putri
takut kalau mama marah” jawabku sedikit takut.
“Ya
Allah putri, seharusnya kamu bilang. Mama ndak marah. Kalau kamu jujur memang
tidak suka berenang, ya sudah mama tidak akan ikutkan dan tidak memaksa kamu
les renang lagi. Dari pada uangnya buat les renang mendingan buat yang lain. Dan
perlu kamu ingat, apa kamu tahu mengapa mama ingin sekali kamu bisa berenang?”
“tidak
ma” kataku singkat.
“mama
ingin menjalankan apa yang dikatakan Rosulullah; “ajari anak-anakmu berenang,
berkuda dan memanah” begitulah sabda beliau. Dan mama yakin semua itu akan
bermanfaat bagimu. Tapi, kalau semisal kamu belum suka, ya mau gimana lagi mama
tidak akan memaksa kamu” nasehat mama panjang lebar. Aku hanya diam membisu
tanpa sedikitpun kata-kata. Aku tidak berani menjawab apalagi sampai menolak
keinginan mama.
“okelah mama
mengerti kelihatannya kamu memang belum siap. Dan mulai Rabu depan kamu ndak
perlu les renang lagi. Tapi mama harap sebagai gantinya kamu harus mencari
aktifitas lain yang bermanfaat. Ya sudah kamu boleh ke kamar” tambah mama
dengan raut muka putus asa. Aku jadi ndak enak telah membuat mama sedih, tapi
aku juga tidak mau berlarut larut dengan kegiatan yang tidak aku sukai.
Aku Pasti
Bisa
“Cwit….cwiit…
cwiit...Cwiit”Jam wekerku berbunyi kencang, membangunkanku yang tengah tidur
lelap. Pukul 04.00 AM tiba, waktunya untuk shalat shubuh. Setelah sholat, seluruh
isi rumah termasuk aku membaca Al-quran bersama-sama. Kemudian diteruskan
dengan kegiatan pagi seperti berzikir, olahraga dan lain-lain.
Saat
di sekolah..
Mengikuti pelajaran hari ini sungguh
menyenangkan, aku seperti terlahir kembali. Mungkin karena hal yang senantiasa
mengganjal dalam fikiranku kini telah menghilang. Aku lebi bersemangat.
“ayo anak-anak siapa yang bisa
menjawab soal matematika dari ibu silahkan maju kedepan” kata bu Dina lantang.
Sepertinya soal dipapan tulis itu teramat sulit bagi kelas ini, terbukti tidak
ada satupun anak yang mau mengacungkan tangannya.
“saya bu” ucapku nyaring, sembari
berdiri dan mengangkat tangan tinggi-tinggi. Dengan sangat pede tanpa
memikirkan benar atau salah aku mencoba menuliskan satu persatu jawaban yang
menurutku tepat. Dengan sekejab papan tulis sudah penuh dengan angka-angka yang
ku yakini kebenarannya.
“waah subhanallah, benar
sekali jawabanmu” bu Dina setuju dengan pekerjaanku. Alhamdulillah ternyata aku
bisa menjawab soal itu dengan tepan. Ini adalah awal yang baik.
Waktunya untuk beristirahat…
Aku, Amel, Azra, Neysha, Amira dan
Nia berkumpul bersama. Kami berenam bersahabat, tepatnya sejak kami kelas satu
dulu.
“Eh
kita berenang bareng yuk!”ajak Azra.
“Oke,
bakalan seru tuh. Gimana kalau Hari Mingu?”tanya Amel semangat.
“Iya
deh,Hari Minggu aja. Oh ya kalian bisa gaya apa?”tanya Neysa.
“Aku
bisa gaya kupu kupu.”ucap Amel.
“Sekarang
nich aku dah bisa gaya apung”ucap Nia percaya diri.
“jangan
salah ya kalau aku udah bisa gaya bebas lo.”kata Azra.
“Kamu
bisa gaya apa Putri?”tanya Neysa.
“Emm.”ucapku
bingung.
“Kalau
Putri jangan ditanya, dia pasti bisa gaya batu.ha2..”kata Amira asal.
“Haha,
kalau batu kan tenggelam.”Neysa dan Azra mencandaiku bersamaan. Iiih ini
menjengkelkan inginnya aku tak membahas renang, ee.. malah teman-temanku
mengajak renang bersama.
“mmm..jangan
salah ya, aku juga bisa berenang dengan gaya yang kalian sebutkan tadi”
teriakku membela diri.
“bener
lo put kamu bisa berenang? Kiraain Cuma juara kelas aja ha..ha!” ucap Azra tak
kalah seru.
“ya
udah kita buktikan aja nanti” sahutku kesal. Walau mereka Cuma bergurau tapi
ini tidak bisa didiamkan. Memang aku belum mahir berenang namun bukan berarti
aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu nih, gengsi kalau mereka tahu aku
memang belum bisa berenang dengan baik.
***
Di rumah..
“Assalamualaikum,mama
hari ini pokoknya aku mau berenang.”ucapku tergesa gesa, sembari berlari kearah
mama.
“Kenapa?
tumben kamu jadi semangat?”tanya mama penasaran.
“Ada
dech ma, ayo ma pokoknya aku ingin berenang, hari ini antar aku ya!” rayuku
memaksa. Mama melihatku beberapa saat, memastikan aku baik-baik saja.
“kamu
tidak papa kan?”
“iya
mama aku tidak papa. Mama pasti herankan mengapa aku jadi semangat ingin
berenang?”
“iya
sih, baru kemarin mama lihat kamu maleeees banget kalau diajak les berenang.
Tapi sekarang malah memintanya. Kamu baik-baik saja kan?”
“sekali
lagi iya ma, Putri baik-baik saja kok, tenang aja putri masih sadar kok ma”
jawabku meyakinkan. Mama hanya terdiam melihatku, sepertinya ia masih heran
tentang perubahanku yang terkesan dadakan. Maaf ma sebenarnya semua karena
aku gengsi pada teman-temanku, aku ndak ingin mereka mentertawaiku karena melihat
aku tidak bisa berenang, bisikku dalam hati.
Tanpa
ba-bi-bu mama mengantarku ke tempat les dengan semangat. Akupun mengikuti
nasehat pelatih dengan antusias tinggi. Gaya-gaya berenang seperti; Front
Crawl, Beast Stroke, Back Crawl Stroke dan Butterfly Stroke ku
pelajari dengan sungguh-sungguh.
“selamat ya bu, sepertinya Putri
ada kemajuan yang sangat bagus” kata bu Shanti kepada mamaku.
“ya bu terima kasih atas
bimbingannya” sahut mama ramah.
“bu Santi besok ajari aku les
lagi ya?”kataku semangat.
“beres, besok datang aja kesini”
Setelah
semua latihan usai aku dan mama akhirnya berpamitan pulang. Hari ini aku benar-benar
yakin aku akan bisa menguasai seluruh gaya renang dengan baik. Dan yang lebih
penting aku bisa menunjukkan bahwa aku bisa berenang di hadapan teman-temanku. Pokoknya
aku harus bisa tampil dengan baik dihadapan mereka.
Hasil
Yang Mengejutkan
Hari
demi hari terlewati. Les dadakan yang ku ikuti beberapa hari lalu juga berasil
ku lewati. Hari Minggu ini aku telah bersiap bertemu dengan teman-temanku di
kolam renang yang telah kami sepakati bersama.
“ayo
ma cepat nanti selak telat” kataku terburu-buru.
“iya-iya
kamu ini terburu-buru amat sih, sabar dong” kata mamaku kesal. Namun beberapa
saat kemudian kami meluncur dengan kecepatan penuh. Sampai akhirnya kami bisa
sampai ditempat tujuan dengan tepat waktu.
“hai
Putri…kami disini” teriak Amira dari kejahuan. Ku lihat lima temanku yang lain
sudah bersiap, kelihatannya mereka sudah menungguku sejak tadi.
“Kamu
sudah siap renang put?” kata Amel dengan nada memancing.
“Iya,
Insyaallah” jawabku singkat.
Setelah melakukan persiapan, satu
persatu temanku masuk kolam dengan ceria. Amel, Azra, Neysha, Amira dan Nia
menunjukkan kehebatan dengan gayanya masing-masing. Aku mulai gemas dan ingin
segera menunjukkan kehebatanku pada mereka.
“Putri
ayo turun, tunjukkan gaya yang kau bisa pada kami” kali ini Azra berteriak
lantang dari dalam kolam. Dan tanpa aba-aba akupun langsung meloncat kedalam
kolam penuh semangat;
“byurrrrrrrrrrrrrrr……”
akupun masuk kolam dengan cepat, namun ternyata sungguh tak ku duga-duga.
“tolong…tolong…tolong…”teriakku
sembari sebisa mungkin melambai-lambaikan tangan ke atas. Karena sangking
dalamnya, kakiku tak bisa menjangkau dasar kolam dengan baik. Walhasil aku
sukses tenggelam. Tapi untunglah petugas Kolam dapat menyelamatkanku dengan
cepat, sehingga aku bisa terangkat kembali dipermukaan.
“putri
kamu tidak papa?” Tanya semua teman-temanku panik.
“iya
aku tidak papa” jawabku dengan napas terengah-engah.
“maaf
tante saya kira Putri sudah bisa berenang dengan baik, namun ternyata masih
belajar ya.” Kata Amel dengan nada menyesal.
“Iya
ndak papa, sebenarnya Putri sudah bisa berenang kok, namun mungkin Kolamnya
terlalu dalam jadi dia agak kerepotan, mohon dimaklumi ya” kata mamaku
bijaksana. Aku hanya terdiam sambil menahan malu yang berlipat-lipat, sambil
berharap agar teman-temanku tidak mentertawaiku atas kejadian memalukan ini.
Sungguh aku sangat malu. Hanya karena gengsi sehingga aku merasakan batunya.
Kali ini aku menyadari bahwa segala sesuatu tidak dapat dicapai dengan instan
namun semua butuh proses yang panjang untuk meraihnya. Semoga setelah dari
tempat ini aku bisa belajar renang dengan baik. Bukan karena gengsi namun
karena aku benar-benar menginginkannya.
***