Label

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Oktober 2014

Gengsi Gede-Gedean

 By: Ananda Putri / Siswi kls 5 SD 

Saat-saat yang membosankan
            “Putri..cepat ayo berangkat!” teriak mamaku dari arah depan. Suara itulah yang setiap hari Rabu kudengar. Suara mama yang menyuruhku untuk pergi les berenang. Mama berharap agar aku bisa berenang seperti para atlit.
            “Iya ma.”ucapku lemas. karena sebenarnya aku tak begitu suka dengan olahraga renang. Dengan tenaga seadanya aku lansung naik mobil yang sudah sedari tadi menyala di teras.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, aku pun sampai di tempat les. Kulihat kolam yang dikelilingi pohon-pohon dan tembok tinggi tersebut telah dipenuhi banyak anak seusiaku. Mereka semua adalah teman-temanku dari sekolah lain yang ikut les ditempat ini.
            “ayo semuanya semangat” teriak pelatih memotivasi kami. Ku lihat semua anak berenang dengan gayanya masing-masing. Mereka tampak semangat dan ceria, kecuali aku yang sedari tadi lemas tak bertenaga.
            “ayo putri, gerakkan tanganmu, kamu harus bisa” kata bu Shanti dengan nada tinggi. Sontak aku tersentak kaget dan mencoba mengikuti instuksi guruku. Subhanallah, ternyata sungguh melelahkan melakukan kegiatan yang tak kusukai.
***
            Hari Rabu memang sungguh melelahkan bagiku. Setelah belajar hampir seharian disekolah sore tadi aku harus ikut les berenang. Ya Allaaaah  bagaimana aku harus bilang mama kalau sebenarnya aku tak suka mengikuti renang. Aku berharap semoga ada jalan keluar.
            Sholat isya’ku malam ini terasa lebih nikmat. Ku baca surat-surat panjang dan ku panjatkan semua permintaan. Seluruh kesedihan dan isi hati kutumpahkan pada-Nya karena aku tak punya kawan yang mampu mendengar dan mengetahui harapanku yang paling dalam, selain-Nya.
            “putri.. tolong kesini, mama mau bicara” kata mama dari arah ruang makan. Aku segera mendatangi panggilan mama dan duduk di sampinya.
            “ya ma ada apa” kataku sopan.  
            “sekarang bilang dan jujur sama mama, kamu ndak suka olah raga renang ya? Mama perhatikan dan kata bu Shanti kamu sering tidak bersemangat.”
            “sebenarnya putri memang tidak suka renang ma” suaraku pelan.
            “kenapa kamu ndak bilang?”
            “putri takut kalau mama marah” jawabku sedikit takut.
            “Ya Allah putri, seharusnya kamu bilang. Mama ndak marah. Kalau kamu jujur memang tidak suka berenang, ya sudah mama tidak akan ikutkan dan tidak memaksa kamu les renang lagi. Dari pada uangnya buat les renang mendingan buat yang lain. Dan perlu kamu ingat, apa kamu tahu mengapa mama ingin sekali kamu bisa berenang?”
            “tidak ma” kataku singkat.
            “mama ingin menjalankan apa yang dikatakan Rosulullah; “ajari anak-anakmu berenang, berkuda dan memanah” begitulah sabda beliau. Dan mama yakin semua itu akan bermanfaat bagimu. Tapi, kalau semisal kamu belum suka, ya mau gimana lagi mama tidak akan memaksa kamu” nasehat mama panjang lebar. Aku hanya diam membisu tanpa sedikitpun kata-kata. Aku tidak berani menjawab apalagi sampai menolak keinginan mama.
            “okelah mama mengerti kelihatannya kamu memang belum siap. Dan mulai Rabu depan kamu ndak perlu les renang lagi. Tapi mama harap sebagai gantinya kamu harus mencari aktifitas lain yang bermanfaat. Ya sudah kamu boleh ke kamar” tambah mama dengan raut muka putus asa. Aku jadi ndak enak telah membuat mama sedih, tapi aku juga tidak mau berlarut larut dengan kegiatan yang tidak aku sukai.
Aku Pasti Bisa
            “Cwit….cwiit… cwiit...Cwiit”Jam wekerku berbunyi kencang, membangunkanku yang tengah tidur lelap. Pukul 04.00 AM tiba, waktunya untuk shalat shubuh. Setelah sholat, seluruh isi rumah termasuk aku membaca Al-quran bersama-sama. Kemudian diteruskan dengan kegiatan pagi seperti berzikir, olahraga dan lain-lain.
            Saat di sekolah..
Mengikuti pelajaran hari ini sungguh menyenangkan, aku seperti terlahir kembali. Mungkin karena hal yang senantiasa mengganjal dalam fikiranku kini telah menghilang. Aku lebi bersemangat.
“ayo anak-anak siapa yang bisa menjawab soal matematika dari ibu silahkan maju kedepan” kata bu Dina lantang. Sepertinya soal dipapan tulis itu teramat sulit bagi kelas ini, terbukti tidak ada satupun anak yang mau mengacungkan tangannya.
“saya bu” ucapku nyaring, sembari berdiri dan mengangkat tangan tinggi-tinggi. Dengan sangat pede tanpa memikirkan benar atau salah aku mencoba menuliskan satu persatu jawaban yang menurutku tepat. Dengan sekejab papan tulis sudah penuh dengan angka-angka yang ku yakini kebenarannya.
“waah subhanallah, benar sekali jawabanmu” bu Dina setuju dengan pekerjaanku. Alhamdulillah ternyata aku bisa menjawab soal itu dengan tepan. Ini adalah awal yang baik.
Waktunya untuk beristirahat…
Aku, Amel, Azra, Neysha, Amira dan Nia berkumpul bersama. Kami berenam bersahabat, tepatnya sejak kami kelas satu dulu.
            “Eh kita berenang bareng yuk!”ajak Azra.
            “Oke, bakalan seru tuh. Gimana kalau Hari Mingu?”tanya Amel semangat.
            “Iya deh,Hari Minggu aja. Oh ya kalian bisa gaya apa?”tanya Neysa.
            “Aku bisa gaya kupu kupu.”ucap Amel.
            “Sekarang nich aku dah bisa gaya apung”ucap Nia percaya diri.
            “jangan salah ya kalau aku udah bisa gaya bebas lo.”kata Azra.
            “Kamu bisa gaya apa Putri?”tanya Neysa.
            “Emm.”ucapku bingung.
            “Kalau Putri jangan ditanya, dia pasti bisa gaya batu.ha2..”kata Amira asal.
            “Haha, kalau batu kan tenggelam.”Neysa dan Azra mencandaiku bersamaan. Iiih ini menjengkelkan inginnya aku tak membahas renang, ee.. malah teman-temanku mengajak renang bersama.
            “mmm..jangan salah ya, aku juga bisa berenang dengan gaya yang kalian sebutkan tadi” teriakku membela diri.
            “bener lo put kamu bisa berenang? Kiraain Cuma juara kelas aja ha..ha!” ucap Azra tak kalah seru.
            “ya udah kita buktikan aja nanti” sahutku kesal. Walau mereka Cuma bergurau tapi ini tidak bisa didiamkan. Memang aku belum mahir berenang namun bukan berarti aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu nih, gengsi kalau mereka tahu aku memang belum bisa berenang dengan baik.
***
Di rumah..
            “Assalamualaikum,mama hari ini pokoknya aku mau berenang.”ucapku tergesa gesa, sembari berlari kearah mama.
            “Kenapa? tumben kamu jadi semangat?”tanya mama penasaran.
            “Ada dech ma, ayo ma pokoknya aku ingin berenang, hari ini antar aku ya!” rayuku memaksa. Mama melihatku beberapa saat, memastikan aku baik-baik saja.
            “kamu tidak papa kan?”
            “iya mama aku tidak papa. Mama pasti herankan mengapa aku jadi semangat ingin berenang?”
            “iya sih, baru kemarin mama lihat kamu maleeees banget kalau diajak les berenang. Tapi sekarang malah memintanya. Kamu baik-baik saja kan?”
            “sekali lagi iya ma, Putri baik-baik saja kok, tenang aja putri masih sadar kok ma” jawabku meyakinkan. Mama hanya terdiam melihatku, sepertinya ia masih heran tentang perubahanku yang terkesan dadakan. Maaf ma sebenarnya semua karena aku gengsi pada teman-temanku, aku ndak ingin mereka mentertawaiku karena melihat aku tidak bisa berenang, bisikku dalam hati.
            Tanpa ba-bi-bu mama mengantarku ke tempat les dengan semangat. Akupun mengikuti nasehat pelatih dengan antusias tinggi. Gaya-gaya berenang seperti; Front Crawl, Beast Stroke, Back Crawl Stroke dan Butterfly Stroke ku pelajari dengan sungguh-sungguh.
                “selamat ya bu, sepertinya Putri ada kemajuan yang sangat bagus” kata bu Shanti kepada mamaku.
                “ya bu terima kasih atas bimbingannya” sahut mama ramah.
                “bu Santi besok ajari aku les lagi ya?”kataku semangat.
                “beres, besok datang aja kesini”
Setelah semua latihan usai aku dan mama akhirnya berpamitan pulang. Hari ini aku benar-benar yakin aku akan bisa menguasai seluruh gaya renang dengan baik. Dan yang lebih penting aku bisa menunjukkan bahwa aku bisa berenang di hadapan teman-temanku. Pokoknya aku harus bisa tampil dengan baik dihadapan mereka.
Hasil Yang Mengejutkan
            Hari demi hari terlewati. Les dadakan yang ku ikuti beberapa hari lalu juga berasil ku lewati. Hari Minggu ini aku telah bersiap bertemu dengan teman-temanku di kolam renang yang telah kami sepakati bersama.
            “ayo ma cepat nanti selak telat” kataku terburu-buru.
            “iya-iya kamu ini terburu-buru amat sih, sabar dong” kata mamaku kesal. Namun beberapa saat kemudian kami meluncur dengan kecepatan penuh. Sampai akhirnya kami bisa sampai ditempat tujuan dengan tepat waktu.
            “hai Putri…kami disini” teriak Amira dari kejahuan. Ku lihat lima temanku yang lain sudah bersiap, kelihatannya mereka sudah menungguku sejak tadi.
            “Kamu sudah siap renang put?” kata Amel dengan nada memancing.
            “Iya, Insyaallah” jawabku singkat.
Setelah melakukan persiapan, satu persatu temanku masuk kolam dengan ceria. Amel, Azra, Neysha, Amira dan Nia menunjukkan kehebatan dengan gayanya masing-masing. Aku mulai gemas dan ingin segera menunjukkan kehebatanku pada mereka.
            “Putri ayo turun, tunjukkan gaya yang kau bisa pada kami” kali ini Azra berteriak lantang dari dalam kolam. Dan tanpa aba-aba akupun langsung meloncat kedalam kolam penuh semangat;
            “byurrrrrrrrrrrrrrr……” akupun masuk kolam dengan cepat, namun ternyata sungguh tak ku duga-duga.
            “tolong…tolong…tolong…”teriakku sembari sebisa mungkin melambai-lambaikan tangan ke atas. Karena sangking dalamnya, kakiku tak bisa menjangkau dasar kolam dengan baik. Walhasil aku sukses tenggelam. Tapi untunglah petugas Kolam dapat menyelamatkanku dengan cepat, sehingga aku bisa terangkat kembali dipermukaan.
            “putri kamu tidak papa?” Tanya semua teman-temanku panik.
            “iya aku tidak papa” jawabku dengan napas terengah-engah.
            “maaf tante saya kira Putri sudah bisa berenang dengan baik, namun ternyata masih belajar ya.” Kata Amel dengan nada menyesal.
            “Iya ndak papa, sebenarnya Putri sudah bisa berenang kok, namun mungkin Kolamnya terlalu dalam jadi dia agak kerepotan, mohon dimaklumi ya” kata mamaku bijaksana. Aku hanya terdiam sambil menahan malu yang berlipat-lipat, sambil berharap agar teman-temanku tidak mentertawaiku atas kejadian memalukan ini. Sungguh aku sangat malu. Hanya karena gengsi sehingga aku merasakan batunya. Kali ini aku menyadari bahwa segala sesuatu tidak dapat dicapai dengan instan namun semua butuh proses yang panjang untuk meraihnya. Semoga setelah dari tempat ini aku bisa belajar renang dengan baik. Bukan karena gengsi namun karena aku benar-benar menginginkannya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar