Label

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Oktober 2014

Dokter Cilik

By; Nayaka Arya Sena Bayuaji

Aku adalah seorang dokter, itu adalah mimpiku. Mestipun aku berumur 8 tahun dan baru kelas 3, aku sudah menjadi dokter kecil. Aku sering membantu mamaku memilih sayur dan mencucinya.
Dalam buku yang pernah aku baca sayur sangat bagus untuk kesehatan. Ustadahku yang bernama Dewi dan Feni juga pernah bilang bahwa jika kita banyak makan sayur maka kita jadi sehat, tapi sayurnya harus dicuci dulu biar kotaran seperti debu dan lainnya tidak  membawa penyakit.  Nah karena aku seorang dokter cilik dan bermimpi ingin jadi dokter beneran pada waktu dewasa nanti, makanya saat mamaku membeli sayur-sayuran aku ikut bersama mamaku.
Di sana aku melihat sayuran itu di huni banyak lalat menempeli sayuran itu. Lalat adalah hewan yang mengambil kotoran terus di pindahkan ke benda lain. Aku menyuruh mamaku untuk membeli sayur yang tidak busuk dan tidak banyak lalatnya. Aku bilang kepada mamaku bahwa sayur yang banyak lalatnya  itu banyak kotoran di dalam sayuran itu, karena lalatnya menaruh kotoran di sayurnya.
Mamaku  telah memilih sayur yang akan di beli. Saat telah sampai di rumah, mamaku mencuci sayurnya agar tidak ada kotoranya lagi.
“Yang bersih ya ma” Ucapku pada mama.
“Iya pak dokter” Jawab mama mencandaiku.
Hari ini mamaku memasak syur cap cai. Aku bilang kepada mamaku untuk memasak cap cai yang rasanya sangat enak. Aku sangat senang hari ini karena sudah dapat belajar menjadi dokter untuk keluargaku sendiri.
Saat masak tiba
            Hari ini aku membantu mamaku membuat masakan sayur. Aku mengetahui dari guru dan temanku bahwa sayuran itu mempunyai vitamin yang sangat banyak sekali. Dan vitamin bisa membuat kita bisa menjadi pintar dan kreatif. Dalam memilh sayur yang baik sebagai seorang dokter cilik aku membantu mama memilih sayur yang masih segar dan mengindari sayur yang;
                                          1.Daunnya layu
                                          2.Daunya berwana kuning
agar nanti saat di makan tidak sakit perut. Aku sangat senang karena aku bisa memakan sayur-sayuran yang membuat aku menjadi pintar dan kreatif.
Teringat saat mama dulu memilih sayur yang agak sedikit busuk, saat itu Aku tidak mengingatkan sayur yang untuk mamaku itu sayur  busuk. Mamaku saat memakan sayur itu lama kelamaan perutnya sakit. Ternyata mamaku terkena diare. Mamaku di ajak ke dokter langganan yang bernama dokter Erwin.
 Mamaku telah sampai di tempat prakteknya dokter Erwin. Mamaku di beri obat diare agar tidak sakit lagi. Mamaku tidak memasak sampai beberapa hari, tubuhnya masih lemas. Aku dan kakakkulah yang merawat mama.
Sebagai seorang dokter pribadi di rumahku sendiri, aku dan kakakku membuat makanan 3 kali sehari. Makanan yang ku  buat sangat enak dan minuman yang dibuat kakakku juga enak. Mamaku telah pulih menjadi sehat lagi. Mamaku senang karena aku dan kakakku merawat mama dengan baik. Aku bilang kepada mamaku bahwa aku akan merawatnya sampai kapanpun. Mama senang dan berdoa;
“Semoga mimpimu jadi dokter bisa kesampaian ya dek”
“amin” aku senang.
###
            Beberapa hari kemudian ayahku juga sakit. Aku tidak tau mengapa ayahku menjadi sakit? Apa ayah ketularan mama? tapi aku belum tau apa penyakitnya ayahku? Aku takut karena nanti ayahku sakit lebih parah. Aku meneliti dan melihat tanda-tanda yang sama seperti mama sakit yang kemarin. Ternyata benar ayahku terkena penyakit diare juga seperti mamaku. Sebagai seorang  dokter cilik jadi aku harus merawat ayahku dengan baik. Awalnya ayahku tidak mau dirawat dan tidak mau dibawa ke dokter Erwin. Ayahku takut di sontik dan minum obat. Akibatnya sakitnya tambah lebih parah karena tidak mau dirawat. Ayah ku malah menjadi panas. Ayahku terpaksa mau ke dokter Erwin.
            Setelah sampai di dokter Erwin. Aku sampai sana langsung mendaftar, karena pasiennya sangat banyak sekitar 10-15 orang. Setelah menunggu beberapa saat, seseorang memanggil nama ayahku “Nunung Subandi!!!!” Teriakan suster. aku dan ayahku langsung ke kamar pemeriksaan. Setelah diperiksa ayahku diberi resep obat oleh dokter Erwin. Dan aku langsung membelinya diapotek.
“Tin..tin..”suara klakson mobilku. Aku telah sampai di rumahku. Sampai rumah ayahku langsung meminum obat yang diberi oleh dokter Erwin. Beberapa hari kemudian, ayahku telah pulih kembali dan tidak sakit lagi.
###
“Kriing...kriing..” Bel alarm membangunkanku pada pagi ini. Aku telah senang kembali karena keluargaku telah pada sehat semua. Sekarang tinggal aku untuk berjuang belajar yang rajin agar menjadi dokter. Aku memulai  untuk belajar menjadi dokter.
“Adik…sini. Sekarang rapikan tempat tidurmu!” Suruh mamaku. Setelah merapikan tempat tidur, aku mandi, sholat, sarapan dan kemudian berangkat sekolah.
Aku telah sampai di sekolahku. Ku lihat anak-anak perempuan sedang menyapu kelas. Aku membantunya.
Kami semua mengambil sampah-sampah yang tergeletak di bawah meja dan membuang di tempatnya. Aku lihat Naila juga sangat rajin membersihkan loker tempat peralatan sekolahnya anak-anak yang lain. Naila mempunyai mimpi yang sama denganku, yaitu ingin menjadi dokter.
Setelah kelas dibersihkan, kemudian kelas menjadi indah dan wangi.
Aku berterimakasih pada ustadahku yang memberi ilmu padaku hingga aku bisa menjadi dokter cilik yang mengerti tentang kebersihan. Dan sebagai rasa terima kasih pada guruku, aku dan teman-temaku memberi kado special buat mereka.
Saat aku memberi kado tersebut, sama ustadahku langsung dibuka. Saat di buka ustadahku langsung kaget dan senang. Ustadahku juga terharu, dan kemudian memeluk semua anak di kelas 3C. Aku sangat senang. Karena ini adalah hari yang tak terlupan.
Selesai





Tidak ada komentar:

Posting Komentar